Indonesian National Shipowners’ Association Dorong Pentingnya Komunikasi Krisis pada Industri Pelayaran
Indonesian National Shipowners’ Association Dorong Pentingnya Komunikasi Krisis pada Industri Pelayaran
Sektor industri pelayaran global semakin dihadapkan pada tantangan komunikasi yang kompleks, terutama ketika terjadi krisis yang berdampak pada operasional maupun reputasi perusahaan di masa depan. Kesadaran akan hal tersebut menjadi latar belakang digelarnya Maritime Senior Leaders’ Crisis Communications Roundtable yang digelar di Ascott Sudirman Jakarta pada Kamis, 31 Juli 2025.
Acara ini bertujuan untuk membahas relevansi, urgensi, dan keselarasan praktik komunikasi krisis dengan standar internasional yang melibatkan berbagai perwakilan perusahaan pelayaran anggota Indonesian National Shipowners' Association.
Kegiatan Roundtable tersebut diinisiasi oleh Beyond Shipping bekerja sama dengan Navigate Response, sebuah perusahaan global yang berfokus pada penanganan komunikasi krisis di industri pelayaran dan didukung secara resmi oleh organisasi Indonesian National Shipowners’ Association.
Pada kegiatan ini, dukungan organisasi Indonesian National Shipowners' Association bukan sekadar formalitas, tetapi mencerminkan komitmen organisasi untuk membantu anggotanya dalam mendapatkan akses pada layanan dan keahlian yang dapat melindungi kepentingan bisnis anggota ketika krisis terjadi.
“Komunikasi krisis bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis,” kata Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association Siana A. Surya menanggapi pelaksanaan kegiatan tersebut.
Dia menjelaskan dalam situasi darurat atau krisis misalnya, informasi yang tepat, akurat, dan cepat bisa menjadi penentu antara terjaganya atau hancurnya reputasi perusahaan dan bahkan kerugian besar bagi perusahaan sehingga penting dilaksanakan kegiatan seperti ini bagi anggota.
Salah satu sorotan utama dalam sesi ini adalah pembahasan mengenai peran Crisis Communication Manager yang kini semakin diakui di dunia pelayaran. Profesi ini berfungsi sebagai jembatan antara tim teknis yang menangani masalah operasional dan publik yang memerlukan informasi jelas.
Pembicara utama, Chetan Desai, perwakilan Navigate Response, membawa perspektif internasional berdasarkan pengalamannya menangani berbagai insiden maritim di seluruh dunia. Dalam paparannya, Desai menjelaskan cara kerja media modern, faktor-faktor yang membuat sebuah berita maritim mendapat sorotan, dan peran strategis media sosial dalam membentuk opini publik. Ia mengingatkan bahwa jika perusahaan gagal mengendalikan narasi, pihak luar akan melaku-kannya dan hasilnya bisa merugikan perusahaan. Sebab, di era digital, berita bisa menyebar dalam hitungan menit. Jika kita tidak siap, kita akan kehilangan kendali, dan itu bisa berdampak pada bisnis selama bertahun-tahun.
Desai memaparkan bahwa dalam banyak kasus, perusahaan pelayaran lebih siap menghadapi tantangan teknis dibandingkan tantangan komunikasi. Padahal, kerugian akibat reputasi yang rusak sering kali jauh lebih besar dibandingkan kerusakan fisik atau operasional.
Melalui berbagai studi kasus dan cuplikan video, ia menunjukkan contoh nyata bagaimana respons komunikasi yang cepat dan tepat dapat meminimalkan kerusakan citra, bahkan di tengah krisis besar seperti tabrakan kapal, pencemaran laut, atau insiden keselamatan kru. Ia juga membagikan tips praktis, mulai dari penunjukan juru bicara yang kredibel, penggunaan bahasa yang transparan, hingga pengelolaan saluran media sosial resmi perusahaan selama krisis.
Bagi Indonesian National Shipowners’ Association, acara ini menjadi kesempatan untuk mendorong anggotanya menyusun struktur komunikasi krisis yang jelas dalam kerangka Emergency Response Team. Dengan struktur ini, personel yang telah dilatih dapat fokus pada pengelolaan pesan publik, sehingga tim manajemen kapal bisa berkonsentrasi pada penanganan teknis di lapangan. Pendekatan ini diyakini dapat mempercepat pemulihan operasional sekaligus menjaga kepercayaan mitra bisnis dan publik.
Kesalahan komunikasi dapat membuat masalah teknis kecil berubah menjadi krisis reputasi besar dan organisasi ingin memastikan anggotanya memahami dan siap menghadapi risiko tersebut. Meskipun standar komunikasi krisis banyak diadopsi dari praktik internasional, Indonesian National Shipowners' Association tetap menekankan pentingnya komunikasi dengan mengadaptasi dalam konteks lokal Indonesia. Hal ini mencakup penggunaan bahasa, pemahaman budaya, dan koordinasi dengan pihak berwenang nasional seperti Kementerian Perhubungan dan Badan SAR.
Menurut Desai, keberhasilan strategi komunikasi krisis sangat bergantung pada sinergi antara pihak internal perusahaan, regulator, dan media lokal. Anda tidak bisa bekerja sendirian. Krisis adalah momen ketika jaringan dukungan menjadi aset terbesar.
Acara ditutup dengan sesi diskusi interaktif yang memungkinkan peserta bertukar pengalaman dan strategi. Banyak peserta mengaku mendapat wawasan baru terkait dengan komunikasi dalam situasi krisis yang dapat langsung diterapkan di perusahaan masing-masing. Indonesian National Shipowners' Association menyatakan akan terus memfasilitasi kegiatan serupa, termasuk pelatihan teknis dan simulasi krisis, guna meningkatkan kesiapan anggota menghadapi tantangan komunikasi di masa depan.
“Jika kita ingin industri pelayaran Indonesia diperhitungkan di kancah global, kita harus siap bukan hanya di laut, tetapi juga di ruang pemberitaan,” tutup Siana. Dengan meningkatnya kompleksitas bisnis maritim, komunikasi krisis kini menjadi pilar penting yang sejajar dengan keselamatan operasional dan kepatuhan regulasi. Industri pelayaran di Indonesia diharapkan dapat terus beradaptasi dan memperkuat kemampuannya, demi menjaga reputasi dan keberlanjutan usaha di tengah arus globalisasi. RIL
- By admin
- 15 Aug 2025
- 57
- INSA